Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal



      



KOMPLIKASI dan PENYAKIT PADA NEONATUS SERTA PENANGANANNYA
(BBLR, Prematur, dan Masalah Pemberian Minum)

      




1.1  Bayi Berat Lahir Rendah (IUGR, Prematur)
1.1.1   Definisi
Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 – 2499 gram (Obstetri Patologi ; 9)
Istilah prematuritas telah di ganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya.
1.1.2   Karakteristik Pasien
Kejadian prematuritas pada sebuah kehamilan akan dipicu oleh karakteristik pasien dengan status ekonomi yang rendah termasuk didalamnya penghasilan rendah, pendidikan yang rendah sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah yaitu
a.       Umur : kehamilan pada usia 16 tahun dan primigravida > 30 tahun
b.      Riwayat pernah melahirkan prematur
c.       Pekerjaan fisik yang berat
d.      Tekanan mental (stress)
e.       Kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian prematur
f.       Merokok lebih dari 10 batang perhari
g.      Penggunaan obat bius atau kokain
1.1.3   Faktor penyebab persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah
1.      Faktor ibu :
a.         Gizi saat hamil kurang
b.        Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c.         Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d.        Penyakit ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
e.         Kebiasaan ibu : perokok, peminum
2.      Faktor pekerja yang terlalu berat
3.      Faktor uterus dan plasenta
a.         Gangguan pembuluh darah
b.        Gangguan insersi tali pusat
c.         Kelainan bentuk plasenta
d.        Pengapuran plasenta
4.      Faktor kehamilan
a.         Hamil dengan hidramnion
b.        Hamil ganda
c.         Perdarahan antepartum
d.        Komplikasi hamil, preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
5.      Faktor janin
a.         Cacat bawaan
b.        Infeksi dalam rahim
c.         Hamil kembar
d.        Kelainan kromosom
6.      Faktor yang masih belum diketahui

1.1.4   Pengelolaan kehamilan dengan resiko persalinan prematur
a.     Upayakan agar melakukan asuhan antenatal yang baik, segerakan melakukan konsultasi – merujuk penderita bila terdapat kelainan
b.        Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR
c.     Tingkatkan penerimaan KB
d.             Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau tirah baring bila terjadi keadaan menyimpang dari normal kehamilan
e.              Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat kepercayaan masyarakat
f.              Mendidik ibu dengan resiko tinggi agar mengenal tanda persalinan dini yang harus di waspadai sebelum kehamilan 37 minggu dimana gejalanya seperti nyeri saat haid, nyeri pinggang, merasa tekanan pada jalan lahir meningkat, adanya lendir bercampur darah dari kemaluan
g.             Pengawasan ibu dengan resiko tinggi untuk prematur setelah kehamilan berumur > 20 minggu dengan cara menanyakan adanya tanda persalinan, jika tanda – tanda tersebut ada maka periksa keadaan serviks terhadap adanya dilatasi ostium internum atau eksternum, kemajuan persalinan
h.             Bila ditemukan adanya perubahan serviks dan his pasien harus di rawat
i.               Bila ada persalinan, diberikan terapi : istirahat rebahan dengan posisi miring ke kiri untuk peredaran darah ke uterus, mengurangi stress, istirahat, perbaikan gizi, tidak melakukan hubungan seksual setelah 20 minggu pada ibu resiko tinggi, pemantauan adanya kontraksi rahim
1.1.5   Asuhan pada bayi prematur
Suhu tubuh
·           Pusat pengaturan nafas masih belum sempurna
·           Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
·           Otot bayi masih lemah
·           Lemak kulit dan lemak cokelat kurang, sehingga cepat kehilangan panas tubuh
·           Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas tubuh dan dapat dipertahankan sekitar 36 sampai 37ºc
Pernafasan
·           Pusat pengatur nafas belum sempurna
·           Surfaktan paru – paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak sempurna
·           Otot pernapasan dan tulang iga lemah
·           Dapat disertai penyakit; penyakit hialin membran, rentan mengalami infeksi paru – paru, gagal pernapasan
Organ pencernaan makanan
·         Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan banyak lemak/kurang baik
·         Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung berkurang
·         Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
Hati yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin sehingga mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai kernikterus
Ginjal masih belum matang (immatur)
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema
Perdarahan dalam otak
·           Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
·           Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga mudah terjadi perdarahan dalam otaknya
·           Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi
·           Pemberian O2 belum mampu di atur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis

1.1.6   Gambaran bayi prematur
Gambaran bayi berat badan lahir rendah bergantung pada usia kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi, makin muda kehamilan. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik yaitu :
a.              Berat badan kurang dari 2500 gram
b.             Panjang kurang dari 45 cm
c.              Lingkar dada kurang dari 30 cm
d.             Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e.              Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
f.              Kepala relatif lebih besar
g.             Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
h.             Otot hipotonik – lemah
i.               Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
j.               Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi – lurus
k.             Kepala tidak mampu tegak
l.               Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit
m.           Frekuensi nadi 100 – 140 kali permenit
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas di tujukan pada pengaturan panas tubuh, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi
1.1.7        Pengaturan suhu tubuh bayi prematuritas/BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan tubuh relatif lebih luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus di rawat di dalam inkubator sehingga panas tubuhnya mendekati dalam rahim
Bila belum mengalami inkubator, bayi prematur dapat di bungkus dengan kain dan di sampingnya di letakkan botol yang berisi air panas. Sehingga panas tubuhnya dapat dipertahankan
1.1.8        Makanan bayi prematur
Organ pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5g/kg BB dn kalori 110 kal/kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering
ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan dapat diminumkan dengan sendok perlahan – lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60cc/KgBB/hari dan uterus dinaikkan sampai mencapa 200cc/KgBB/hari
1.1.9        Menghindari Infeksi pada bayi prematur
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik
1.1.10    Pengobatan
Penatalaksanaan dalam mengobati prematuritas lebih di tujukan untuk mencegah bayi lahir prematur dan jika harus lahir fungsi tubuh terutama paru – paru sudah matang, tindakannya antara lain :
a.    Tokolitik dengan menggunakan magnesium sulfat : dosis awal 4 gram intravena dilanjutkan dengan 1 – 3 gr/jam. Efek samping yang ditimbulkan yaitu depresi pernapasan, untuk antidotumnya berupa kalsium glukonas; golongan β2 . adrenergic untuk merangsang β2 pada otot polos uterus sehingga terjadi relaksasi dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu tarbutalin dengan dosis 0,25 mg di berikan di bawah kulit setiap 30 menit maksimum 0,35 mg/menit sampai 6 jam setelah kontraksi hilang dengan dosis pemeliharaan secara oral 10 mg setiap 2 – 6 jam
b.    Pematangan paru janin dengan pemberian kortikosteroid di berikan pada umur kehamilan 28 – 34 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian surfaktan
c.    Metode kanguru untuk merawat bayi prematur
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar. Keuntungan metode kanguru : meningkatkan hubungan emosional ibu – bayi, menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernapasan, mengurangi stress pada ibu dan bayi, mengurangi lama menangis pada bayi, memperbaiki keadaan emosi ibu dengan bayi, meningkatkan produksi ASI, menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di RS, mempersingkat masa di rawat di RS. Kriteria bayi untuk metode kanguru : berat badan kurang atau sama dengan 2000 gram, tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai, refleks dan koordinasi hisap dan menelan baik, perkembangan selama di inkubator baik, kesiapan dan keikutsertaan orangtua sangat mendukung keberhasilan




2.2  Hipotermi
2.2.1   Definisi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5 – 37,5ºc. Suhu normal pada neonatus 36,5 – 37,5ºc (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36ºc atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32 – 36 ºc) disebut hipotermi berat bila suhu <32ºc, diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25ºc (YBPSP, 2006)
Di samping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Sedangkan menurut Sandra M>T (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai di bawah 35ºc
2.2.2   Etiologi
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu jaringan lemak subkutan tipis, perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar, cadangan glikogen dan brown fat sedikit, BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.   Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :
a)        Radiasi : dari objek ke panas bayi. Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b)       Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak dapat dikeringkan
c)        Konduksi : panas tubuh di ambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh. Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat di ganti
d)       Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin di sekitar tubuh bayi baru lahir
Akibat – akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu Hipoglikemiasidosis metabolik karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat, shock, apnea, perdarahan intra ventricular.

2.2.3   Penyebab hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat di cegah, jika seorang bidan dapat memprediksi dengan melihat beberapa penyebab antara lain asfiksia yang hebat, resusitasi yang ekstensive, lambat sewaktu mengeringkan bayi, distress pernafasan, hipoglikemia, sepsis, pada bayi lebih sering terjadi hipotermi daripada hipertermi, pada bayi prematur atau bayi kecil yang memiliki cadangan glukosa yang sedikit
2.2.4   Cara bidan memeriksa hipotermi
Lihat dan raba: ukur suhu aksila dengan thermometer atau raba badan bayi apakah tangan, kaki atau badan terasa dingin? Apakah bayi mengantuk/letargis? Adakah badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema)? Apakah gerakan bayi kurang dari normal?
2.2.5   Gejala hipotermi bayi pada bayi baru lahir
Bayi tidak mau minum atau menyusui, bayi tampak lesu atau mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun dan kulit bayi mengeras (Sklerema)
Tanda – tanda hipotermia sedang (stress dingin): aktivitas berkurang, letargis, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan menghisap lemah, kaki teraba dingin
Tanda – tanda hipotermia berat (cedera dingin): sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernapasan lambat, pernapasan tidak teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik, tanda 0 tanda stadium lanjut hipotermia yaitu muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan.
2.2.6   Penanganan hipotermia bayi baru lahir
Tindakan yang harus segera dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. Cara lain yang sangat sedrhana yaitu menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu, bayi ditelungkupkan di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian yang disebut metode kanguru. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu, lakukan berulang kali sampai tubuh bayi terasa hangat. Biasanya bayi hipotermia mengalami hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit tapi sering, bila bayi tidak menghisap maka diberikan infus glukosa 10% sebanyak 60 – 80 ml/kg per hari

2.3  Hipoglikemi
2.3.1   Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah.  Keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL atau kadar glukosa darah < 80 mg/dL, dengan gejala klinis.
Istilah hipoglikemia digunakan untuk kadar gula darah bayi di bawah rata – rata bayi seusia dan berat badan yang sama. Batasannya bayi yang termasuk dengan berat badan 2500 gram atau lebih glukosa plasma darah lebih rendah 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir rendah 25 mg/dl. Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehamilan, kadar gula darah janin sekitar dua pertiga kadar gula darah ibu
Hipoglikemia dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Kejadian hipoglikemi lebih sering di dapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari – hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.
Berdasarkan patofisiologi di kelompokkan dalam 4 golongan anak, dengan resiko terjadinya hipoglikemia :
a)      Bayi dari ibu diabetes/diabetes sewaktu hamil
b)      BBLR yang mungkin mengalami mal nutrisi intra uterine
c)      Bayi sangat kecil atau sakit berat yang mengalami hipoglikemia karena respon terhadap kebutuhan metabolisme yang lebih tinggi atau melebihi cadangan kalori
d)     Bayi dengan kelainan genetik atau gangguan metabolik primer
e)      Frekuensi hipoglikemia secara keseluruhan berkisar 2 – 3/1000 kelahiran hidup, secara bermakna lebih tinggi pada bayi berat lahir rendah dengan riwayat komplikasi kehamilan atau sakit berat
2.3.2   Penyebab Hipoglikemia
1.      Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2.      Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3.      Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
2.3.3   Pengobatan hipoglikemia
Jika tidak terdapat serangan kejang, glukosa 10 % diberikan intravena, efektif untuk meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Jika terdapat kejang – kejang ada indikasi memberi glukosa 10 – 25 % sebagai suntikan bolus yang mengakibatkan beban dosis 1 -2 gr/kg. Setelah pengobatan awal, infus glukosa harus diberikan dengan kecepatan 4 – 8 mg/kg permenit. Jika hipoglikemia timbul kembali kecepatan infus harus dinaikkan 15 – 20% glukosa, jika infus intravena 20% glukosa tidak cukup untuk menghilangkan gejala dan konsentrasi glukosa darah normal. Berikan hidrokortison 2,5 mg/kg gram selama 12 jam atau prednison 1 mg/kg selama 24 jam. Gula darah harus diukur tiap 2 jam. Di standarkan 40mg/dl. Pengobatan yang dipenitip untuk mengatasi beberapa kasus pemberian glucagon atau somatostasin. Bayi dengan resiko tinggi gula darah harus di ukur dalam satu jam setelah lahir, 2 jam, 8 jam pertama kemudian tiap 6 jam sampai berumur 24 jam. Harus diberi makanan peroral atau pipa lambung, infus intravena glukosa dengan kecepatan 4 mg/kg
2.4  Masalah pemberian minum
2.4.1      Prinsip Dasar
1.    Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau bayi sakit berat
2.    Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit juga memenuhi tumbuh kembang bayi.
2.4.2      Masalah paling sering terjadi
1.      Bayi yang semula minum baik menjadi malas minum
2.      Bayi malas minum sejak lahir
3.      Berat bayi tidak naik
4.      Ibu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil atau bayi kembar

2.4.3      Langkah promotif/preventif
1.      Perawatan antenatal yang meliputi perawatan payudara
2.      Mencegah kelahiran BBLR
3.      Penanganan infeksi maternal
4.      Perawatan pasca natal yang baik dan berkualitas
2.4.4      Diagnosis
Anamnesis
1.      Riwayat cara pemberian minum bayi
2.      Riwayat terjadinya masalah pemberian minum
3.      Riwayat penimbangan bayi
4.      Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
2.4.5      Pemeriksaan Fisik
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat dan dipikirkan diagnosis banding bayi dengan masalah minum
Anamnesis
Pemeriksaan
Kemungkinan diagnosis
Malas atau tidak mau minum
Sebelum minum dengan baik
Timbul 6 jam atau lebih setelah lahir
Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
Bayi tampak sakit

Tanda infeksi :
Kesulitan bernafas, suhu tubuh tidak stabil, iritabel, kejang, tidak sadar, muntah
Curiga infeksi (Sepsis)
Malas atau tidak mau minum
Timbul sejak lahir
Berat bayi lahir < 2500 gram atau kehamilan kurang dari 37 minggu
Bayi kecil
Ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui
Ibu cemas dan khawatir tidak dapat menyusui
Waktu timbul satu hari atau lebih
Bayi terlihat sehat
Cara pemberian minum salah
Kecemasan pada ibu
Bayi regurgitasi, beberapa kali tersedak dan batuk setelah minum
Timbul pada hari ke ! atau lebih
Celah antara palatum dan mulut atau keluar minum lewat hidung
Celah langit – langit
Bayi regurgitasi sejak pertama minum
Waktu timbul 1 hari
Air ketuban bercampur mekonium
Pipa lambung dapat masuk
Bayi terlihat sehat
Iritasi lambung
Bayi batuk, tersedak dan regurgitasi sejak pertama kali minum
Minum dimuntahkan
Waktu timbul sejak lahir
Pipa lambung tidak dapat masuk
Keluar air liur atau cairan dari mulut, walaupun tidak diberi minum
Kelainan bedah

2.4.6      Manajemen Umum
1.      Bila bayi dapat minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain
2.      Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali diberi minum coba pasang pipa lambung
a.       Bila tidak berhasil maka kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jalur infus dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda. Rujuk penderita setelah keadaan stabil
b.      Bila pipa lambung berhasil masuk, pastikan pipa masuk ke lambung, lakukan aspirasi cairan lambung dan biarkan mengalir sendiri. Kemudian lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain
2.4.7      Manajemen Khusus
Pada ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui, lakukan manajemen sebagai berikut :
Kecemasan pada ibu
1.      Memberikan pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat
2.      Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari
3.      Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama 3 hari
-          Yakinkan ibu bila cara ibu benar
-          Bila cara ibu belum benar, nasehati ibu cara yang sesuai
-          Bila berat bayi meningkat minimal 60 gram dalam 3 hari, kelola sebagai persangkaan berat tidak naik dengan adekuat
Persangkaan berat tidak naik dengan adekuat
1)      Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 60 gram selama 3 hari berturut – turut
2)      Periksa penyebab berat tidak naik sebelumnya
a.       Apakah telah diberi minum sesuai rencana, yakinkan bayi telah medapat minum dan cairan secukupnya
b.      Apakah suhu lingkungan bayi optimal
c.       Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan
d.      Pengobatan infeksi pada mulut jika ditemukan
3)      Bila tidak ditemukan penyebab pasti, lakukan tindakan meningkatkan jumlah ASI yang diterima oleh bayi dengan cara :
a.       Menaikkan frekuensi minum, menambah lamanya waktu menyusui
b.      Berganti payudara setiap menyusui dan pastikan bayi dapat mengosongkan
c.       Ibu cukup minum, gizi dan tidak kelelahan
4)      Bila kenaikan berat masih kurang dari 20 gram setiap hari
a.       Hendaknya sesudah menyusui, ibu memerah ASI nya dan berikan pada bayi dengan cara alternative sebagai tambahan setelah bayi menyusui
b.      Bila tidak dapat memerah ASI, beri bayi 10 ml pengganti ASI (susu formula) dengan menggunakan gelas atau sendok
c.       Pengganti ASI (susu formula) tidak harus diberikan, kecuali jika yakin :
Mudah diperoleh, dapat digunakan secara aman, serta dapat dipersiapkan secara steril sesuai petunjuk
5)      Pemberian pengganti ASI (susu formula) dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20 gram per hari selama 3 hari berturut – turut, kemudian turunkan pengganti ASI (susu formula) sampai 5 ml setiap kali minum selama 2 hari
a.       Bila kenaikan berat badan cukup (>20g/hari) selama 2 hari berikutnya, hentikan pengganti ASI (susu formula) seluruhnya
b.      Bila berat badan turun di bawah 20 g/hari, mulai tambahkan kembali pengganti ASI (susu formula) sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses diatas
c.       Setelah pengganti ASI (susu formula) dihentikan, monitor kenaikan badan bayi selama 3 hari berikutnya. Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang sama atau lebih baik, bayi dipulangkan ke rumah
Memberi minum bayi kecil
1)      Terangkan bahwa ASI adalah minuman yang paling baik
2)      Beri penjelasan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum dengan baik pada hari – hari pertama dan hal ini normal karena :
a.       Mudah lelah dan menghisap masih lemah
b.      Menghisap dengan singkat kemudian berhenti
c.       Tertidur saat sedang minum
d.      Ada waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan
e.       Ingin minum lebih sering di banding bayi yang lebih besar
3)      Yakinkan ibu bahwa proses menyusui akan lebih mudah bila bayi sudah lebih besar
4)      Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui bayi :
a.       Yakin bahwa bayinya disusui minimal 8 kali dalam 24 jam (siang dan malam) sampai berat 2.500 gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu mau minum, hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu
b.      Bial bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya.
c.       Selalu utamakan menyusu langsung sebelum memerah ASI. Bila perlu ibu dapat meningkatkan aliran ASI dengan memerah sedikit ASI nya sebelum menempelkan bayi ke payudaranya.
d.      Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus membiarkan waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan yang pelan dan lama. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi selama bayi masih berusaha atau ingin tetap menyusu. Jangan memaksakan bila bayi belum mau menyusu
e.       Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI untuk 4 – 6 bulan pertama
5)      Bila bayi tidak menghisap dengan baik sehingga diperkirakan tidak menerima sejumlah ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI perah dengan menggunakan alternative cara pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung
6)      Bila suplai ASI cukup (dilihat bayi 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari), ibu hendaknya memerah ASI dalam dua cangkir yang berbeda. Hendaknya terlebih dahulu ibu memberikan ASI perah dalam cangkir kedua yang mengandung lebih kaya lemak kemudian baru ASI yang ada di dalam cangkir yang pertama bila bayi masih memerlukan
Memberi minum bayi kembar
1.      Yakinkan ASI cukup untuk kedua bayinya
2.      Bila bayinya kecil, terangkan pada ibu bahwa akan memerlukan waktu cukup lama untuk memulai menyusui ASI dengan mantap
3.      Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui, sebagai tambahan ibu harus :
a.       Mulai menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudah siap untuk dua bayi
b.      Yakin bahwa bayi yang lemah mendapat cukup ASI
c.       Jika masih diperlukan dapat ditambah ASI perah dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum
d.      Secara beergantian menggilir payudara setiap kali menyusui.




DAFTAR PUSTAKA

Manuaba.2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
 Berencana.Jakarta: EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
            dan Neonatal.  Jakarta: YBP-SP.
Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan..Jakarta:YBP-SP
Varney,Helen.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4.  Jakarta: EGC.
Rukiyah,ai yeyeh.2013. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM