KOMPLIKASI dan PENYAKIT
PADA NEONATUS SERTA PENANGANANNYA
(BBLR, Prematur, dan Masalah Pemberian Minum)
1.1 Bayi
Berat Lahir Rendah (IUGR, Prematur)
1.1.1 Definisi
Partus
prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat badan lahir antara 500 – 2499 gram (Obstetri Patologi ; 9)
Istilah
prematuritas telah di ganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena
terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya.
1.1.2 Karakteristik
Pasien
Kejadian
prematuritas pada sebuah kehamilan akan dipicu oleh karakteristik pasien dengan
status ekonomi yang rendah termasuk didalamnya penghasilan rendah, pendidikan
yang rendah sehingga mempengaruhi pola nutrisi yang rendah yaitu
a.
Umur
: kehamilan pada usia 16 tahun dan primigravida > 30 tahun
b.
Riwayat
pernah melahirkan prematur
c.
Pekerjaan
fisik yang berat
d.
Tekanan
mental (stress)
e.
Kecemasan
yang tinggi dapat meningkatkan kejadian prematur
f.
Merokok
lebih dari 10 batang perhari
g.
Penggunaan
obat bius atau kokain
1.1.3 Faktor
penyebab persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah
1.
Faktor
ibu :
a.
Gizi
saat hamil kurang
b.
Usia
ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c.
Jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat
d.
Penyakit
ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
e.
Kebiasaan
ibu : perokok, peminum
2.
Faktor
pekerja yang terlalu berat
3.
Faktor
uterus dan plasenta
a.
Gangguan
pembuluh darah
b.
Gangguan
insersi tali pusat
c.
Kelainan
bentuk plasenta
d.
Pengapuran
plasenta
4.
Faktor
kehamilan
a.
Hamil
dengan hidramnion
b.
Hamil
ganda
c.
Perdarahan
antepartum
d.
Komplikasi
hamil, preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
5.
Faktor
janin
a.
Cacat
bawaan
b.
Infeksi
dalam rahim
c.
Hamil
kembar
d.
Kelainan
kromosom
6.
Faktor
yang masih belum diketahui
1.1.4 Pengelolaan
kehamilan dengan resiko persalinan prematur
a. Upayakan
agar melakukan asuhan antenatal yang baik, segerakan melakukan konsultasi –
merujuk penderita bila terdapat kelainan
b. Meningkatkan
gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR
c. Tingkatkan
penerimaan KB
d.
Anjurkan
lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau tirah baring bila
terjadi keadaan menyimpang dari normal kehamilan
e.
Tingkatkan
kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat kepercayaan masyarakat
f.
Mendidik
ibu dengan resiko tinggi agar mengenal tanda persalinan dini yang harus di
waspadai sebelum kehamilan 37 minggu dimana gejalanya seperti nyeri saat haid,
nyeri pinggang, merasa tekanan pada jalan lahir meningkat, adanya lendir
bercampur darah dari kemaluan
g.
Pengawasan
ibu dengan resiko tinggi untuk prematur setelah kehamilan berumur > 20
minggu dengan cara menanyakan adanya tanda persalinan, jika tanda – tanda
tersebut ada maka periksa keadaan serviks terhadap adanya dilatasi ostium
internum atau eksternum, kemajuan persalinan
h.
Bila
ditemukan adanya perubahan serviks dan his pasien harus di rawat
i.
Bila
ada persalinan, diberikan terapi : istirahat rebahan dengan posisi miring ke
kiri untuk peredaran darah ke uterus, mengurangi stress, istirahat, perbaikan
gizi, tidak melakukan hubungan seksual setelah 20 minggu pada ibu resiko
tinggi, pemantauan adanya kontraksi rahim
1.1.5 Asuhan
pada bayi prematur
|
Suhu tubuh
|
·
Pusat pengaturan nafas masih belum sempurna
·
Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
·
Otot bayi masih lemah
·
Lemak kulit dan lemak cokelat kurang, sehingga cepat kehilangan panas
tubuh
·
Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat
badan lahir rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan
panas tubuh dan dapat dipertahankan sekitar 36 sampai 37ºc
|
|
Pernafasan
|
·
Pusat pengatur nafas belum sempurna
·
Surfaktan paru – paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak
sempurna
·
Otot pernapasan dan tulang iga lemah
·
Dapat disertai penyakit; penyakit hialin membran, rentan mengalami
infeksi paru – paru, gagal pernapasan
|
|
Organ pencernaan makanan
|
·
Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan banyak
lemak/kurang baik
·
Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang
·
Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi
pneumonia
|
|
Hati yang belum matang (immatur)
|
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin sehingga
mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai kernikterus
|
|
Ginjal masih belum matang (immatur)
|
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air
masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema
|
|
Perdarahan dalam otak
|
·
Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
·
Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga mudah terjadi perdarahan
dalam otaknya
·
Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi
·
Pemberian O2 belum mampu di atur sehingga mempermudah terjadi
perdarahan dan nekrosis
|
1.1.6 Gambaran
bayi prematur
Gambaran
bayi berat badan lahir rendah bergantung pada usia kehamilan sehingga dapat
dikatakan bahwa makin kecil bayi, makin muda kehamilan. Sebagai gambaran umum
dapat dikemukakan bahwa bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik
yaitu :
a.
Berat
badan kurang dari 2500 gram
b.
Panjang
kurang dari 45 cm
c.
Lingkar
dada kurang dari 30 cm
d.
Lingkar
kepala kurang dari 33 cm
e.
Usia
kehamilan kurang dari 37 minggu
f.
Kepala
relatif lebih besar
g.
Kulit
tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
h.
Otot
hipotonik – lemah
i.
Pernapasan
tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
j.
Ekstremitas:
paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi – lurus
k.
Kepala
tidak mampu tegak
l.
Pernapasan
sekitar 45 sampai 50 denyut per menit
m.
Frekuensi
nadi 100 – 140 kali permenit
Dengan
memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada
bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas di tujukan
pada pengaturan panas tubuh, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi
1.1.7
Pengaturan suhu tubuh bayi prematuritas/BBLR
Bayi
prematur dengan cepat akan kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan tubuh relatif lebih luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus di rawat di dalam inkubator sehingga panas tubuhnya mendekati dalam rahim
Bila
belum mengalami inkubator, bayi prematur dapat di bungkus dengan kain dan di
sampingnya di letakkan botol yang berisi air panas. Sehingga panas tubuhnya
dapat dipertahankan
1.1.8
Makanan bayi prematur
Organ
pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5g/kg BB dn kalori 110
kal/kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar
3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering
ASI
merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan dapat
diminumkan dengan sendok perlahan – lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60cc/KgBB/hari dan
uterus dinaikkan sampai mencapa 200cc/KgBB/hari
1.1.9
Menghindari Infeksi pada bayi prematur
Bayi
prematur mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik
1.1.10 Pengobatan
Penatalaksanaan
dalam mengobati prematuritas lebih di tujukan untuk mencegah bayi lahir
prematur dan jika harus lahir fungsi tubuh terutama paru – paru sudah matang,
tindakannya antara lain :
a.
Tokolitik
dengan menggunakan magnesium sulfat : dosis awal 4 gram intravena dilanjutkan
dengan 1 – 3 gr/jam. Efek samping yang ditimbulkan yaitu depresi pernapasan,
untuk antidotumnya berupa kalsium glukonas; golongan β2 . adrenergic
untuk merangsang β2 pada otot polos uterus sehingga terjadi
relaksasi dan hilangnya kontraksi. Jenis obatnya yaitu tarbutalin dengan dosis
0,25 mg di berikan di bawah kulit setiap 30 menit maksimum 0,35 mg/menit sampai
6 jam setelah kontraksi hilang dengan dosis pemeliharaan secara oral 10 mg
setiap 2 – 6 jam
b.
Pematangan
paru janin dengan pemberian kortikosteroid di berikan pada umur kehamilan 28 –
34 minggu dan 24 jam sebelum persalinan, pemberian surfaktan
c.
Metode
kanguru untuk merawat bayi prematur
Metode
kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberi
peluang untuk dapat beradaptasi dengan dunia luar. Keuntungan metode kanguru :
meningkatkan hubungan emosional ibu – bayi, menstabilkan suhu tubuh, denyut
jantung dan pernapasan, mengurangi stress pada ibu dan bayi, mengurangi lama menangis
pada bayi, memperbaiki keadaan emosi ibu dengan bayi, meningkatkan produksi
ASI, menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di RS, mempersingkat masa di
rawat di RS. Kriteria bayi untuk metode kanguru : berat badan kurang atau sama
dengan 2000 gram, tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai, refleks dan
koordinasi hisap dan menelan baik, perkembangan selama di inkubator baik,
kesiapan dan keikutsertaan orangtua sangat mendukung keberhasilan
2.2 Hipotermi
2.2.1
Definisi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah
normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5 – 37,5ºc. Suhu normal pada neonatus
36,5 – 37,5ºc (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36ºc atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka
bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32 – 36 ºc) disebut hipotermi berat
bila suhu <32ºc, diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur
sampai 25ºc (YBPSP, 2006)
Di samping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian. Sedangkan menurut Sandra M>T (1997)
bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai di bawah 35ºc
2.2.2
Etiologi
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu jaringan
lemak subkutan tipis, perbandingan luas permukaan
tubuh dengan berat badan besar, cadangan glikogen dan
brown fat sedikit, BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam pengelolaan bayi yang
beresiko tinggi mengalami hipotermi. Mekanisme
hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :
a)
Radiasi :
dari objek ke panas bayi. Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b) Evaporasi
: karena penguapan cairan yang
melekat pada kulit. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak
dapat dikeringkan
c)
Konduksi : panas
tubuh di ambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh. Contoh : pakaian
bayi yang basah tidak cepat di ganti
d) Konveksi
: penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin di sekitar tubuh bayi baru lahir
Akibat – akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu Hipoglikemiasidosis metabolik
karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen yang
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat, shock, apnea,
perdarahan intra ventricular.
2.2.3
Penyebab hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir dapat di cegah, jika
seorang bidan dapat memprediksi dengan melihat beberapa penyebab antara lain
asfiksia yang hebat, resusitasi yang ekstensive, lambat sewaktu mengeringkan bayi,
distress pernafasan, hipoglikemia, sepsis, pada bayi lebih sering terjadi
hipotermi daripada hipertermi, pada bayi prematur atau bayi kecil yang memiliki
cadangan glukosa yang sedikit
2.2.4
Cara bidan memeriksa hipotermi
Lihat dan raba: ukur suhu aksila dengan thermometer atau
raba badan bayi apakah tangan, kaki atau badan terasa dingin? Apakah bayi
mengantuk/letargis? Adakah badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema)?
Apakah gerakan bayi kurang dari normal?
2.2.5
Gejala hipotermi bayi pada bayi baru lahir
Bayi tidak mau minum atau menyusui, bayi tampak lesu atau
mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun dan kulit
bayi mengeras (Sklerema)
Tanda – tanda hipotermia sedang (stress dingin): aktivitas berkurang, letargis, tangisan lemah, kulit
berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan menghisap lemah, kaki teraba
dingin
Tanda – tanda hipotermia berat (cedera dingin): sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku kebiruan,
pernapasan lambat, pernapasan tidak teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya
mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik, tanda 0 tanda stadium
lanjut hipotermia yaitu muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang,
bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama
pada punggung, kaki dan tangan.
2.2.6
Penanganan hipotermia bayi baru lahir
Tindakan yang harus segera dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. Cara lain
yang sangat sedrhana yaitu menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu, bayi
ditelungkupkan di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam
satu pakaian yang disebut metode kanguru. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan
selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk
menutupi tubuh bayi dan ibu, lakukan berulang kali sampai tubuh bayi terasa
hangat. Biasanya bayi hipotermia mengalami hipoglikemia, sehingga bayi harus
diberi ASI sedikit tapi sering, bila bayi tidak menghisap maka diberikan infus
glukosa 10% sebanyak 60 – 80 ml/kg per hari
2.3 Hipoglikemi
2.3.1
Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
(glukosa) secara abnormal rendah. Keadaan
dimana kadar glukosa darah < 60
mg/dL atau kadar glukosa darah < 80 mg/dL, dengan gejala klinis.
Istilah hipoglikemia digunakan untuk kadar gula darah
bayi di bawah rata – rata bayi seusia dan berat badan yang sama. Batasannya
bayi yang termasuk dengan berat badan 2500 gram atau lebih glukosa plasma darah
lebih rendah 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya,
sedangkan pada berat badan lahir rendah 25 mg/dl. Glukosa merupakan sumber
energi utama selama kehamilan, kadar gula darah janin sekitar dua pertiga kadar
gula darah ibu
Hipoglikemia dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksia otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Kejadian hipoglikemi lebih sering di dapat pada bayi dari
ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting
untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari – hari pertama pasca
lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan.
Berdasarkan patofisiologi di kelompokkan dalam 4 golongan
anak, dengan resiko terjadinya hipoglikemia :
a)
Bayi
dari ibu diabetes/diabetes sewaktu hamil
b)
BBLR
yang mungkin mengalami mal nutrisi intra uterine
c)
Bayi
sangat kecil atau sakit berat yang mengalami hipoglikemia karena respon
terhadap kebutuhan metabolisme yang lebih tinggi atau melebihi cadangan kalori
d)
Bayi
dengan kelainan genetik atau gangguan metabolik primer
e)
Frekuensi
hipoglikemia secara keseluruhan berkisar 2 – 3/1000 kelahiran hidup, secara
bermakna lebih tinggi pada bayi berat lahir rendah dengan riwayat komplikasi
kehamilan atau sakit berat
2.3.2
Penyebab Hipoglikemia
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
2.3.3
Pengobatan hipoglikemia
Jika tidak terdapat serangan kejang, glukosa 10 %
diberikan intravena, efektif untuk meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Jika
terdapat kejang – kejang ada indikasi memberi glukosa 10 – 25 % sebagai
suntikan bolus yang mengakibatkan beban dosis 1 -2 gr/kg. Setelah pengobatan
awal, infus glukosa harus diberikan dengan kecepatan 4 – 8 mg/kg permenit. Jika
hipoglikemia timbul kembali kecepatan infus harus dinaikkan 15 – 20% glukosa,
jika infus intravena 20% glukosa tidak cukup untuk menghilangkan gejala dan
konsentrasi glukosa darah normal. Berikan hidrokortison 2,5 mg/kg gram selama
12 jam atau prednison 1 mg/kg selama 24 jam. Gula darah harus diukur tiap 2
jam. Di standarkan 40mg/dl. Pengobatan yang dipenitip untuk mengatasi beberapa
kasus pemberian glucagon atau somatostasin. Bayi dengan resiko tinggi gula
darah harus di ukur dalam satu jam setelah lahir, 2 jam, 8 jam pertama kemudian
tiap 6 jam sampai berumur 24 jam. Harus diberi makanan peroral atau pipa
lambung, infus intravena glukosa dengan kecepatan 4 mg/kg
2.4 Masalah
pemberian minum
2.4.1 Prinsip Dasar
1. Masalah
minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau bayi
sakit berat
2. Masalah
pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi resiko
terjadinya penyakit juga memenuhi tumbuh kembang bayi.
2.4.2 Masalah paling sering terjadi
1.
Bayi yang semula minum baik menjadi
malas minum
2.
Bayi malas minum sejak lahir
3.
Berat bayi tidak naik
4.
Ibu cemas tentang cara pemberian minum,
terutama pada bayi kecil atau bayi kembar
2.4.3 Langkah promotif/preventif
1.
Perawatan antenatal yang meliputi
perawatan payudara
2.
Mencegah kelahiran BBLR
3.
Penanganan infeksi maternal
4.
Perawatan pasca natal yang baik dan
berkualitas
2.4.4 Diagnosis
Anamnesis
1.
Riwayat cara pemberian minum bayi
2.
Riwayat terjadinya masalah pemberian
minum
3.
Riwayat penimbangan bayi
4.
Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah
dini
2.4.5 Pemeriksaan Fisik
Pada tabel di bawah ini
dapat dilihat dan dipikirkan diagnosis banding bayi dengan masalah minum
|
Anamnesis
|
Pemeriksaan
|
Kemungkinan diagnosis
|
|
Malas
atau tidak mau minum
Sebelum
minum dengan baik
Timbul
6 jam atau lebih setelah lahir
Riwayat
infeksi maternal, ketuban pecah dini
|
Bayi
tampak sakit
Tanda
infeksi :
Kesulitan
bernafas, suhu tubuh tidak stabil, iritabel, kejang, tidak sadar, muntah
|
Curiga
infeksi (Sepsis)
|
|
Malas
atau tidak mau minum
Timbul
sejak lahir
|
Berat
bayi lahir < 2500 gram atau kehamilan kurang dari 37 minggu
|
Bayi
kecil
|
|
Ibu
tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui
Ibu
cemas dan khawatir tidak dapat menyusui
Waktu
timbul satu hari atau lebih
|
Bayi
terlihat sehat
|
Cara
pemberian minum salah
Kecemasan
pada ibu
|
|
Bayi
regurgitasi, beberapa kali tersedak dan batuk setelah minum
Timbul
pada hari ke ! atau lebih
|
Celah
antara palatum dan mulut atau keluar minum lewat hidung
|
Celah
langit – langit
|
|
Bayi
regurgitasi sejak pertama minum
Waktu
timbul 1 hari
Air
ketuban bercampur mekonium
|
Pipa
lambung dapat masuk
Bayi
terlihat sehat
|
Iritasi
lambung
|
|
Bayi
batuk, tersedak dan regurgitasi sejak pertama kali minum
Minum
dimuntahkan
Waktu
timbul sejak lahir
|
Pipa
lambung tidak dapat masuk
Keluar
air liur atau cairan dari mulut, walaupun tidak diberi minum
|
Kelainan
bedah
|
2.4.6 Manajemen Umum
1.
Bila bayi dapat minum tanpa batuk,
tersedak atau muntah sejak pertama kali minum sesudah lahir, lanjutkan dengan
kemungkinan diagnosis lain
2.
Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau
muntah sejak pertama kali diberi minum coba pasang pipa lambung
a.
Bila tidak berhasil maka kemungkinan
adanya kelainan bedah, pasang jalur infus dengan cairan rumatan dan pemberian
minum ditunda. Rujuk penderita setelah keadaan stabil
b.
Bila pipa lambung berhasil masuk,
pastikan pipa masuk ke lambung, lakukan aspirasi cairan lambung dan biarkan
mengalir sendiri. Kemudian lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain
2.4.7 Manajemen Khusus
Pada ibu tidak dapat
menyusui atau tidak berhasil menyusui, lakukan manajemen sebagai berikut :
Kecemasan
pada ibu
1.
Memberikan pengertian dan cara pemberian
ASI yang tepat
2.
Perhatikan dan catat berat bayi setiap
hari
3.
Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu
mengenai teknik menyusui selama 3 hari
-
Yakinkan ibu bila cara ibu benar
-
Bila cara ibu belum benar, nasehati ibu
cara yang sesuai
-
Bila berat bayi meningkat minimal 60
gram dalam 3 hari, kelola sebagai persangkaan berat tidak naik dengan adekuat
Persangkaan
berat tidak naik dengan adekuat
1) Kenaikan
berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 60 gram
selama 3 hari berturut – turut
2) Periksa
penyebab berat tidak naik sebelumnya
a. Apakah
telah diberi minum sesuai rencana, yakinkan bayi telah medapat minum dan cairan
secukupnya
b. Apakah
suhu lingkungan bayi optimal
c. Cari
tanda sepsis dan lakukan pengobatan
d. Pengobatan
infeksi pada mulut jika ditemukan
3) Bila
tidak ditemukan penyebab pasti, lakukan tindakan meningkatkan jumlah ASI yang
diterima oleh bayi dengan cara :
a. Menaikkan
frekuensi minum, menambah lamanya waktu menyusui
b. Berganti
payudara setiap menyusui dan pastikan bayi dapat mengosongkan
c. Ibu
cukup minum, gizi dan tidak kelelahan
4) Bila
kenaikan berat masih kurang dari 20 gram setiap hari
a. Hendaknya
sesudah menyusui, ibu memerah ASI nya dan berikan pada bayi dengan cara
alternative sebagai tambahan setelah bayi menyusui
b. Bila
tidak dapat memerah ASI, beri bayi 10 ml pengganti ASI (susu formula) dengan
menggunakan gelas atau sendok
c. Pengganti
ASI (susu formula) tidak harus diberikan, kecuali jika yakin :
Mudah diperoleh, dapat
digunakan secara aman, serta dapat dipersiapkan secara steril sesuai petunjuk
5) Pemberian
pengganti ASI (susu formula) dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20
gram per hari selama 3 hari berturut – turut, kemudian turunkan pengganti ASI
(susu formula) sampai 5 ml setiap kali minum selama 2 hari
a. Bila
kenaikan berat badan cukup (>20g/hari) selama 2 hari berikutnya, hentikan
pengganti ASI (susu formula) seluruhnya
b. Bila
berat badan turun di bawah 20 g/hari, mulai tambahkan kembali pengganti ASI
(susu formula) sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses
diatas
c. Setelah
pengganti ASI (susu formula) dihentikan, monitor kenaikan badan bayi selama 3
hari berikutnya. Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang
sama atau lebih baik, bayi dipulangkan ke rumah
Memberi minum bayi
kecil
1) Terangkan
bahwa ASI adalah minuman yang paling baik
2) Beri
penjelasan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum dengan baik pada hari –
hari pertama dan hal ini normal karena :
a. Mudah
lelah dan menghisap masih lemah
b. Menghisap
dengan singkat kemudian berhenti
c. Tertidur
saat sedang minum
d. Ada
waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan
e. Ingin
minum lebih sering di banding bayi yang lebih besar
3) Yakinkan
ibu bahwa proses menyusui akan lebih mudah bila bayi sudah lebih besar
4) Hendaknya
ibu mengikuti prinsip umum menyusui bayi :
a. Yakin
bahwa bayinya disusui minimal 8 kali dalam 24 jam (siang dan malam) sampai
berat 2.500 gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu mau minum,
hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu
b. Bial
bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya.
c. Selalu
utamakan menyusu langsung sebelum memerah ASI. Bila perlu ibu dapat
meningkatkan aliran ASI dengan memerah sedikit ASI nya sebelum menempelkan bayi
ke payudaranya.
d. Biarkan
bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus membiarkan waktu jeda yang
cukup panjang antara hisapan atau hisapan yang pelan dan lama. Jangan
menghentikan bayi menyusu selama bayi selama bayi masih berusaha atau ingin
tetap menyusu. Jangan memaksakan bila bayi belum mau menyusu
e. Anjurkan
agar ibu hanya memberi ASI untuk 4 – 6 bulan pertama
5) Bila
bayi tidak menghisap dengan baik sehingga diperkirakan tidak menerima sejumlah
ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI perah dengan menggunakan
alternative cara pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung
6) Bila
suplai ASI cukup (dilihat bayi 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat
bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari), ibu hendaknya
memerah ASI dalam dua cangkir yang berbeda. Hendaknya terlebih dahulu ibu
memberikan ASI perah dalam cangkir kedua yang mengandung lebih kaya lemak
kemudian baru ASI yang ada di dalam cangkir yang pertama bila bayi masih
memerlukan
Memberi minum bayi
kembar
1. Yakinkan
ASI cukup untuk kedua bayinya
2. Bila
bayinya kecil, terangkan pada ibu bahwa akan memerlukan waktu cukup lama untuk
memulai menyusui ASI dengan mantap
3. Hendaknya
ibu mengikuti prinsip umum menyusui, sebagai tambahan ibu harus :
a. Mulai
menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudah siap untuk dua bayi
b. Yakin
bahwa bayi yang lemah mendapat cukup ASI
c. Jika
masih diperlukan dapat ditambah ASI perah dengan menggunakan salah satu cara
alternatif pemberian minum
d. Secara
beergantian menggilir payudara setiap kali menyusui.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba.2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga
Berencana.Jakarta: EGC.
Saifuddin,
Abdul Bari. 2006.Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan..Jakarta:YBP-SP
Varney,Helen.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4. Jakarta: EGC.
Rukiyah,ai yeyeh.2013. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
TIM


